Kamis, 07 Mei 2009

Menjalin Silarurrahmi

Islam senantiasa menganjurkan umatnya untuk menjalin silaturahmi sebagai landasan kokoh hubungan sosial. Perintah dan tuntunan praktis untuk menjalin silaturahmi cukup banyak diungkapkan dalam al-Qur’an dan Hadits. Cara termudah yang dianjurkan antara lain dengan jalan mengucapkan salam, bertutur kata lembut, berwajah jernih, saling berjabat tangan (kalau mungkin), dan tersenyum tulus. Mengenai senyuman tulus yang dalam hadits dinilainya sebagai sedekah dan amal baik, secara khusus terungkap dalam sebuah peribahasa Cina: “Orang yang mahal senyum, jangan sekali-kali buka toko”. Artinya, tersenyum ramah tamah dan berwajah jernih membuka komunikasi, silaturahmi dan….rizki!Secara harfiah silaturahmi berarti menghubungkan kasih sayang. Hubungan kasih sayang yang sarat dengan nilai-nilai persaudaraan, kesetiakawanan, dan saling mengasihi baik antara sesama kaum muslim maupun antara kaum muslim dengan non-muslim. Hubungan itu tak jarang rusak akibat ulah dan tindakan kita sendiri. Karena itulah, dalam bulan Ramadahn dan rangkaian sesudahnya, yakni Idul Fitri, kita dianjurkan menjalin kembali dan mempererat tali silaturahmi dengan saling maaf-memaafkan satu sama lain.
Misalnya sabda Rasulullah, ''Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya dari shalat dan puasa?
Yaitu engkau damaikan orang-orang yang bertengkar, dan barangsiapa yang ingin panjang usia dan banyak rezeki, sambungkanlah tali silaturahmi.'' (HR Bukhari-Muslim). Jadi, jelas silaturahmi dan halal bihalal adalah bagian dari perintah agama. Rasulullah sendiri telah memberi contoh bagaimana pentingnya silaturahmi itu kepada para sahabat. Beliau tak hanya menunggu didatangi, tapi bahkan Rasul terlihat sering mendatangi, menjalin silaturahmi baik dengan sesama umat Islam maupun dengan umat agama lain.
|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar